Alat Deteksi Gempa dan Tsunami di Cilacap Banyak yang Rusak
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap tambah tiga unit Early Warning System (EWS) atau alat sistem peringatan/pendeteksi dini gempa bumi dan tsunami bertenaga solar cell. Alat tersebut akan dipasang di pantai Teluk Penyu, Bunton dan Widarapayung.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap Trikomara Shidy menyampaikan, EWS atau sirine yang ada saat ini sudah hampir 10 tahun dan belum ada pergantian mesin dan sparepartnya karena terkendala dengan anggaran.
“Awalnya kita punya 45 EWS di sepanjang pantai Cilacap mulai dari Teluk Penyu hingga Jetis Nusawungu, namun akibat corosi angin laut, kini tinggal 24 yang berfungsi,” ujar Trikomara, Selasa (27/04).
Menurut Trikomara, pada tahun 2021 ini, pihaknya akan kembali menambah 3 unit EWS bertenaga solar cell dengan anggaran Rp 600 juta, yang akan di pasang di tiga titik pantai tersebut.
“Ada pembelian 3 unit sirine dengan solar Cell tenaga matahari, karena kalau menggunakan tenaga listrik terkendala mati, jika terjadi gempa berkekuatan di atas magnitudo 7 SR sehingga pengaruhnya menjadikan sirine tidak bunyi,” ujarnya.
Selain itu kata dia, EWS yang dimiliki saat ini hanya menjangkau sekitar 5 kilometer saja, dan kondisinya pun sudah banyak yang terkena korosi akibat angin laut. Pihaknya juga menilai, harga sparepart yang cukup tinggi, sehingga memilih untuk membeli yang baru.
“Ada anggaran perawatan dari APBD, namun untuk pergantian sparepart tergolong mahal, sehingga diusulkan untuk beli yang baru, 3 unit Rp 600 juta. Pembelian juga terpisah harus merakit lagi karena di Indonesia belum ada pabrik yang membuat EWS komplit satu paket,” katanya.
Ia menambahkan, jika EWS yang dimilikinya jauh di bawah milik BMKG yang berada di Tegal Kamulyan dan Jetis Nusawungu, karena untuk biaya perawatannya saja mencapai miliaran rupiah, dengan jangkauan bisa lebih dari 5 kilo meter, sedangkan milik BPBD kurang dari itu.
Meskipun kondisi alat banyak yang alami kerusakan, pihaknya akan terus berupaya menambah atau mengganti EWS yang rusak tersebut. Meski terbatas, pihaknya berharap masyarakat tetap mengedepankan kearifan lokal dengan membunyikan kentongan atau alat lainya untuk saling menginformasikan kepada warga lain jika terjadi bencana alam.
“Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional yang dipusatkan di Cilacap, harapannya warga semakin mengetahui kondisi lingkungan, kenali lingkungannya dan kurangi resikonya, bagaimana kita harus siapsiaga menghadapi bencana yang terjadi di Cilacap, siapsiaga nomor satu, siap selamat diri sendiri dan keluarga, ” ujarnya.