Kerugian Banjir dan Tanah Longsor di Cilacap Capai Rp 15 M, Kepala BNPB Doni Munardo: Perbaiki Wilayah Hulu
Bencana alam banjir, tanah longsor, maupun angin kencang menimpa 66 desa yang ada di 17 kecamatan di wilayah Kabupaten Cilacap sejak tanggal 17 November sampai 3 Desember 2020.
Akibatnya ada sebanyak 20.857 kepala keluarga atau 52.475 jiwa terdampak, 2.565 kepala keluarga dengan 7.571 orang mengungsi dan 2 orang meninggal dunia.
Selain itu juga merobohkan sebanyak 17 unit rumah, 44 unit rumah rusak berat, 16 rumah rusak sedang, 54 rumah rusak ringan dan 28 titik tanggul jebol.
“Kerugian akibat bencana alam yang terjadi mencapai Rp15,367 miliar,” ujar Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji pada saat kunjungan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI Doni Munardo, Jumat (5/12/2020) di ruang prasandha komplek Pendapa Wijayakusuma.
Pemkab Cilacap bersama dengan Forkopimda telah melakukan berbagai upaya penanganan darurat, mendirikan dapur umum, pembagian masker kepada pengungsi unntuk mencegah terjadinya penularan Covid-19.
Serta tetap menghimbau warga agar waspada. Tidak hanya itu, Pemkab juga menghimbau agar warga yang terdampak untuk melakukan evakuasi ke tempat yang lebih aman.
Salah satu penyebab terjadinya banjir, karena dangkalnya sungai-sungai yang ada di wilayah barat maupun timur Cilacap, serta di Segara Anakan.
Kepala BNPB RI Doni Munardo mengatakan pihaknya akan mengirimkan tim untuk penanganan banjir yang rutin terdampak di wilayah Cilacap dan sekitarnya. Akan ada penanganan-penanganan yang dilakukan.
“Kami akan menurunkan tim untuk melakukan survey terkait dengan populasi mangrove yang sudah mulai berkurang, kemudian khusus untuk aliran sungai mengarah ke wilayah Cilacap, karena terjadi pendangkalan di muara sungai, akibat meningkatnya sedimentasi,” katanya.
Sedimentasi tersbut, kata dia biasanya diakibatkan karena di hulu terdapat alih fungsi lahan, yang tadinya hutan, tanaman di tebang dan terjadi erosi. Sehingga pada saat hujan curah tinggi, maka lapisan permukaan tanah maka kemirinag 30 derajad, masuk ke dalam sungai.
Untuk itu, dia pun menghimbau agar di hulu segera dilakukan reboisasi dan penanaman hutan dengan jenis pohon yang akarnya kuat mampu menahan laju air. Diantaranya pohon sukun, apalagi menjadi salah satu khas Cilacap.
“Tanah yang memiliki kemiringan sekitar 30 derajat, ditanami dengan sukun, karena akarnya kuat menahan,” ujarnya.
Selain itu, agar banjir tidak terlalu menggenang ke pemukiman masyarakat, maka mulai dari anak sungai, sungai, selokan, saluran air harus dibersihkan. Masyarakat harus memiliki kesadaran menjaga lingkungan terutama aliran-aliran sungai agar tidak kotor akan sampah.
“Sampah jangan dibuang di gorong-gorong, karena begitu masuk musim hujan, maka arus mampet tersumbat,” katanya.